TEKNIK SOLARISASI DI KAMAR GELAP
Oleh: david hermandy
Ada dua macam solarisasi yaitu solarisasi pada kertas foto dan pada film. Prinsip kedua solarisasi ini sama, yaitu expose-develop-expose-develop. Expose pertama adalah proses pemotretan atau penyinaran pada saat cetak. Film atau kertas foto yang terexpose harus didevelop agar timbul image. Pada saat develop kertas/film masih peka terhadap cahaya, jika kertas/film yang sudah terdevelop kita expose lagi dengan sejumlah cahaya dan didevelop lagi akan muncul efek yang namanya solarisasi.
Solarisasi tidak bisa dilakukan jika paper/film sudah difixer, karena paper/film sudah tidak peka cahaya lagi.
Berikut uraian singkat tentang solarisasi.
Print Solarization (pada kertas foto):
1.Lakukan test print seperti biasa, setelah diperoleh exposure time, expose paper kemudian develop selama ¾ dari waktu total.
2.Pindahkan paper dari developer ke dalam tray yang berisi air bersih, agitasi sekitar 1 menit. Angkat kemudian dengan spon penyerap air hilangkan air yang menempel pada permukaan foto.
3.Expose kedua bisa dilakukan dengan lampu yang redup. Intensitas cahaya dan waktu pada second exposure memerlukan percobaan hingga ditemukan waktu dan intensitas yang sesuai. Expose bisa dilakukan dengan enlarger yang diredupkan (diafragma diset kecil).
4.Develop lagi paper tersebut selama ½ dari waktu total kemudian stopbath dan fixer seperti biasa.
5.Print solarization bisa dilakukan sebagian yaitu dengan cara menutupi (dodging) bagian yang tidak ingin disolarisasi dengan potongan kertas yang dipotong seperti obyek. Cara lain dengan mengoleskan larutan fixer menggunakan kuas pada bagian yang tidak ingin disolarisasi setelah diexpose bilas lagi dengan air agar developer bisa bekerja (tidak terlalu terkontaminasi fixer).
Saya jarang melakukan print solarization karena kecenderungan semua tone menjadi gelap, bagian putih tidak ada (menjadi abu-abu) dan mustahil untuk membuat dua cetakan solarisasi yang identik.
Film solarisasi memiliki hasil yang lebih bagus (menurut saya) dan dari film solarisasi bisa dicetak identik tiap cetakannya, hanya saja lebih sulit (menurut orang) dan hasilnya yang grainyness. Kemungkinan berhasil-gagal adalah 50-50, makanya saya lebih senamg melakukan solarisasi film hasil dari repro slide. Teknik solarisasi film yang saya pakai saya temukan pada sebuah artikel di majalah Popular photography tahun 1993 (kalo gak salah, sekarang majalahnya udah hilang). Developer yang digunakan Kodak Dektol (saya kurang tahu kenapa dianjurkan menggunakan Dektol yamg merupakan paper developer, mungkin agar bisa diperoleh fine grain atau efek Sabatiernya labihjelas?) pada suhu sekitar 35-38 Celcius dengan waktu developing sekitar 10 menit.
Film Solarization:
1.Develop film seperti biasa dengan Kodak Dektol Stock Sollution pada 35-38 Calcius selama 5-6 menit, agitasi seperti biasa yang Anda lakukan.
2.Keluarkan developer, isi tabung proses dengan Ilford Wetting Agent atau Kodak Photo Flo, agitasi selama 30 detik buang larutan (jangan dipakai lagi karena sudah terkontaminasi), ulangi sekali lagi. Tahap ini penting agar pada second expose tidak ada sisa developer yang bisa mengakibatkan hasil belang-belonteng.
3.Dalam keadaan darkroom gelap total keluarkan film dari tabung dan reel, nyalakan safe light, expose film selama 8-12 detik. Safelight yang saya gunakan adalah Kaiser Duka 50 dengan intensitas dipasang pada 10 (max 50) diexpose dari jarak sekitar 150 cm, untuk safelight biasa sebaiknya dilapisi lagi sehingga lebih redup 50% atau lebih dari biasanya.
4.Matikan Safelight (gelap totak lagi), masukan film kembali pada reel dan tabung kemudian lanjutkan proses develop hingga waktu mencapai 10 menit, stopbath dan fixer seperti biasa. Developer jangan dipakai lagi (sudah terkontaminasi wetting agent).
Tips (untuk solarisasi film):
Gunakan film yang fine grain seperti Kodak Tmax 100, Ilford Delta 100 atau Ilfordpan Plus 50, karena hasil solarisasi pasti grainyness.
Pada pemotretan atau repro bracket mulai +2 stop sampai -3 stop.
Hati-hati pada saat second expose, karena film basah dan developer yang agak hangat, film menjadi lebih gampang tergores.
Menurut pengalaman saya, temperatur developer dan waktu proses tidak terlalu kritis (makanya saya menulis temperatur 35-38 dan waktu sekitar 10 menit, lagipula kenapa harus diperhatikan jika kita sudah pasti mendapatkan film yang over sekali)
Bersiap-siap untuk mencetak dengan variable contrast paper dan teknik split filter
Gunakan developer yang bersifat fine grain, hindari developer semacam Minigrain, Superbrom, Micro MF, Pro BW dan sejenisnya.
Contoh hasil solarisasi film bisa dilihat pada dua foto teratai yang saya upload di FN.
Jika ada pertanyaan, kritik atau komentar, bisa dilontarkan pada forum, sekalian menjadi bahan diskusi.
-----------------------
Developer hitam putih yang kita kenal umumnya terdiri dari empat komponen yaitu:
DEVELOPING AGENT
Ada 4 jenis developing agent yang paling sering digunakan saat ini yaitu Hydroquinone Metol Phenidone Ascorbic Acid. Developing agent lainnya yang juga masih digunakan adalah Pyrogallic Acid (pyro), Amidol Glycin para-Aminophenol hydrochloride Chlorhydroquinone Pyrocatechin (Catechol), dan para-Phenylenediamine (ppd). Tiap developing agent tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan kegunaan yang berbeda pula.
Kombinasi developing agent yang paling sering digunakan dalam developer adalah Hydroquinone dan Metol biasanya disebut MQ (Q=Quinol istilah lain untuk Hydroquinone) atau kombinasi Hydroquinone dan Phenidone (PQ). Hydroquinone memiliki karakter kontras tinggi, sehingga jika menggunakan hydroquinone saja akan diperoleh negatif/foto dengan kontras yang sangat tinggi dan shadow detil tidak terlihat sama sekali, untuk memperoleh shadow detil dikombinasikan dengan metol atau phenidone yang memiliki karakter kontras rendah/soft.
Dengan kombinasi yang tepat bisa didapatkan developer dengan kontras yang normal dan shadow detail yang baik. Sebaliknya penambahanatau pengurangan jumlah salah satu developing agent menghasilkan developer dengan kontras yang tinggi maupun rendah. Kita bisa melakukan modifikasi pada developer yang biasa kita gunakan dengan menambahkan sejumlah hydroquinone atau metol untuk mendapatkan kontras yang sesuai dengan selera kita. Modifikasi developer sebaiknya hanya dilakukan pada paper developer karena jika kita melakukan kesalahan tidak berakibat permanen seperti pada film.
PRESERVATIVES
Developing agent merupakan bahan kimia yang bereaksi dengan udara (oksidasi). Reaksidengan udara mengakibatkan developer menjadi lemah dan rusak. Untuk memperlambat oksidasi ditambahkan preservative dalam developer. Preservative yang paling sering digunakan adalah sodium sulfite. Pada developer dengan konsentrat tinggi biasanya digunakan potassium sulfite.
ACCELERATOR
Pada dasarnya developing agent sangat lemah, untuk melakukan proses developing bisa dibutuhkan waktu beberapa jam, untuk mempercepat proses developing ditambahkan bahan yang besifat alkali. Bahan ini disebut accelerator. Dengan accelerator proses developing hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Karena developing agent bereaksi lebih cepat dilingkungan alkali maka untuk menghentikan proses developing digunakan stop bath yang bersifat acid/asam. Accelerator dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Mild alkali dengan nilai pH antara 8 sampai 10. Bahan yang termasuk mild alkali antara lain Balanced Alkali, borax, sodium metaborate dan sodium sulfite.
2. Moderate alkali dengan nilai pH antara 10 sampai 11 (sodium carbonate, potassium carbonate, dan trisodium phosphate)
3. Caustic alkali dengan nilai pH diatas 12 (potassium hydroxide, sodium hydroxide) Accelerator juga berpengaruh terhadap kontras. Semakin alkali atau semakin banyak jumlah accelerator semakin tinggi kontras developer. Sodium carbonate dan potassium carbonate paling sering digunakan untuk melakukan modifikasi developer.
RESTRAINER
Restrainer digunakan untuk mencegah fog, baik fogging karena safelight, maupun chemical. Pada film developer ada pendapat yang mengatakan restrainer tidak diperlukan karena proses berlangsung pada keadaan gelap total. Penggunaan restrainer pada film developer menyebabkan developer menjadi terlalu alkali. Tapi umumnya film developer tetap menggunakan restrainer sebagai antisipasi jika terjadi error pada developer. Bahan yang paling sering digunakan sebagai restrainer adalah Potassium Bromide. Penggunaan potassium bromide dalam jumlah yang banyak membuat developer menjadi warm tone. Bahan lain yang agak jarang digunakan adalah Benzotriazole (BZT). Efek antifogging dari benzotriazole lebih kuat dibandingkan potassium bromide. Berbeda dengan potassium bromide, benzotriazole menimbulkan efek blue-black tone. Karena efek antifogging yang kuat, benzotriazole digunakan jika melakukan printing pada paper yang sudah expired dan terlihat mulai ada tanda-tanda fogging karena outdated.
MODIFIKASI DEVELOPER
Dengan mengetahui komponen dari developer kita bisa dengan leluasa melakukan modifikasi pada developer hingga sesuai dengan keinginan kita. Modifikasi yang paling umum adalah kombinasi Bromide dan Carbonate pada paper developer.
Modifikasi dilakukan dengan menyiapkan larutan carbonate dan larutan bromide 10%. Larutan carbonate dibuat dengan cara menyiapkan 60 gram sodium carbonate kemudian campur dengan 750 ml air setelah itu buat larutan tersebut menjadi 1 liter. Jika tergesa-gesa bisa langsung mencampur 60 gram sodium carbonate dengan 1 liter air, hasilnya sama saja. Larutan bromide 10% dibuat dengan cara melarutkan 100 gram potassium bromide dengan 750ml air kemudian tambahkan air hingga larutan menjadi 1 liter, atau bisa langsung mencampur 100 gram potassium bromide dengan 1 liter air. Carbonate menigkatkan speed developer sedangkan bromide menurunkan speed developer sehingga bisa dikatakan tidak terjadi perubahan speed dari developer.
Efek dari penambahan bromide terlihat pada bagian highlight yang lebih menonjol detilnya. Sedangkan carbonate bisa menambah hitam lebih pekat. Kombinasi yang dianjurkan untuk modifikasi ini adalah 1 bagian bromide ditambah 3 bagian carbonate. Penambahan sebaiknya dilakukan bertahap sedikit demi sedikit hingga diperoleh hasil yang maksimal. Penggunaan bromide dan carbonate yang terlalu banyak dapat menimbulkan fogging.
sumber : http://sites.google.com/site/sentraldigital56/home/Tutorial/black-white-developer
Oleh: david hermandy
Ada dua macam solarisasi yaitu solarisasi pada kertas foto dan pada film. Prinsip kedua solarisasi ini sama, yaitu expose-develop-expose-develop. Expose pertama adalah proses pemotretan atau penyinaran pada saat cetak. Film atau kertas foto yang terexpose harus didevelop agar timbul image. Pada saat develop kertas/film masih peka terhadap cahaya, jika kertas/film yang sudah terdevelop kita expose lagi dengan sejumlah cahaya dan didevelop lagi akan muncul efek yang namanya solarisasi.
Solarisasi tidak bisa dilakukan jika paper/film sudah difixer, karena paper/film sudah tidak peka cahaya lagi.
Berikut uraian singkat tentang solarisasi.
Print Solarization (pada kertas foto):
1.Lakukan test print seperti biasa, setelah diperoleh exposure time, expose paper kemudian develop selama ¾ dari waktu total.
2.Pindahkan paper dari developer ke dalam tray yang berisi air bersih, agitasi sekitar 1 menit. Angkat kemudian dengan spon penyerap air hilangkan air yang menempel pada permukaan foto.
3.Expose kedua bisa dilakukan dengan lampu yang redup. Intensitas cahaya dan waktu pada second exposure memerlukan percobaan hingga ditemukan waktu dan intensitas yang sesuai. Expose bisa dilakukan dengan enlarger yang diredupkan (diafragma diset kecil).
4.Develop lagi paper tersebut selama ½ dari waktu total kemudian stopbath dan fixer seperti biasa.
5.Print solarization bisa dilakukan sebagian yaitu dengan cara menutupi (dodging) bagian yang tidak ingin disolarisasi dengan potongan kertas yang dipotong seperti obyek. Cara lain dengan mengoleskan larutan fixer menggunakan kuas pada bagian yang tidak ingin disolarisasi setelah diexpose bilas lagi dengan air agar developer bisa bekerja (tidak terlalu terkontaminasi fixer).
Saya jarang melakukan print solarization karena kecenderungan semua tone menjadi gelap, bagian putih tidak ada (menjadi abu-abu) dan mustahil untuk membuat dua cetakan solarisasi yang identik.
Film solarisasi memiliki hasil yang lebih bagus (menurut saya) dan dari film solarisasi bisa dicetak identik tiap cetakannya, hanya saja lebih sulit (menurut orang) dan hasilnya yang grainyness. Kemungkinan berhasil-gagal adalah 50-50, makanya saya lebih senamg melakukan solarisasi film hasil dari repro slide. Teknik solarisasi film yang saya pakai saya temukan pada sebuah artikel di majalah Popular photography tahun 1993 (kalo gak salah, sekarang majalahnya udah hilang). Developer yang digunakan Kodak Dektol (saya kurang tahu kenapa dianjurkan menggunakan Dektol yamg merupakan paper developer, mungkin agar bisa diperoleh fine grain atau efek Sabatiernya labihjelas?) pada suhu sekitar 35-38 Celcius dengan waktu developing sekitar 10 menit.
Film Solarization:
1.Develop film seperti biasa dengan Kodak Dektol Stock Sollution pada 35-38 Calcius selama 5-6 menit, agitasi seperti biasa yang Anda lakukan.
2.Keluarkan developer, isi tabung proses dengan Ilford Wetting Agent atau Kodak Photo Flo, agitasi selama 30 detik buang larutan (jangan dipakai lagi karena sudah terkontaminasi), ulangi sekali lagi. Tahap ini penting agar pada second expose tidak ada sisa developer yang bisa mengakibatkan hasil belang-belonteng.
3.Dalam keadaan darkroom gelap total keluarkan film dari tabung dan reel, nyalakan safe light, expose film selama 8-12 detik. Safelight yang saya gunakan adalah Kaiser Duka 50 dengan intensitas dipasang pada 10 (max 50) diexpose dari jarak sekitar 150 cm, untuk safelight biasa sebaiknya dilapisi lagi sehingga lebih redup 50% atau lebih dari biasanya.
4.Matikan Safelight (gelap totak lagi), masukan film kembali pada reel dan tabung kemudian lanjutkan proses develop hingga waktu mencapai 10 menit, stopbath dan fixer seperti biasa. Developer jangan dipakai lagi (sudah terkontaminasi wetting agent).
Tips (untuk solarisasi film):
Gunakan film yang fine grain seperti Kodak Tmax 100, Ilford Delta 100 atau Ilfordpan Plus 50, karena hasil solarisasi pasti grainyness.
Pada pemotretan atau repro bracket mulai +2 stop sampai -3 stop.
Hati-hati pada saat second expose, karena film basah dan developer yang agak hangat, film menjadi lebih gampang tergores.
Menurut pengalaman saya, temperatur developer dan waktu proses tidak terlalu kritis (makanya saya menulis temperatur 35-38 dan waktu sekitar 10 menit, lagipula kenapa harus diperhatikan jika kita sudah pasti mendapatkan film yang over sekali)
Bersiap-siap untuk mencetak dengan variable contrast paper dan teknik split filter
Gunakan developer yang bersifat fine grain, hindari developer semacam Minigrain, Superbrom, Micro MF, Pro BW dan sejenisnya.
Contoh hasil solarisasi film bisa dilihat pada dua foto teratai yang saya upload di FN.
Jika ada pertanyaan, kritik atau komentar, bisa dilontarkan pada forum, sekalian menjadi bahan diskusi.
-----------------------
Developer hitam putih yang kita kenal umumnya terdiri dari empat komponen yaitu:
- Developing agent
- Preservative
- Accelerator
- Restrainer
DEVELOPING AGENT
Ada 4 jenis developing agent yang paling sering digunakan saat ini yaitu Hydroquinone Metol Phenidone Ascorbic Acid. Developing agent lainnya yang juga masih digunakan adalah Pyrogallic Acid (pyro), Amidol Glycin para-Aminophenol hydrochloride Chlorhydroquinone Pyrocatechin (Catechol), dan para-Phenylenediamine (ppd). Tiap developing agent tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan kegunaan yang berbeda pula.
Kombinasi developing agent yang paling sering digunakan dalam developer adalah Hydroquinone dan Metol biasanya disebut MQ (Q=Quinol istilah lain untuk Hydroquinone) atau kombinasi Hydroquinone dan Phenidone (PQ). Hydroquinone memiliki karakter kontras tinggi, sehingga jika menggunakan hydroquinone saja akan diperoleh negatif/foto dengan kontras yang sangat tinggi dan shadow detil tidak terlihat sama sekali, untuk memperoleh shadow detil dikombinasikan dengan metol atau phenidone yang memiliki karakter kontras rendah/soft.
Dengan kombinasi yang tepat bisa didapatkan developer dengan kontras yang normal dan shadow detail yang baik. Sebaliknya penambahanatau pengurangan jumlah salah satu developing agent menghasilkan developer dengan kontras yang tinggi maupun rendah. Kita bisa melakukan modifikasi pada developer yang biasa kita gunakan dengan menambahkan sejumlah hydroquinone atau metol untuk mendapatkan kontras yang sesuai dengan selera kita. Modifikasi developer sebaiknya hanya dilakukan pada paper developer karena jika kita melakukan kesalahan tidak berakibat permanen seperti pada film.
PRESERVATIVES
Developing agent merupakan bahan kimia yang bereaksi dengan udara (oksidasi). Reaksidengan udara mengakibatkan developer menjadi lemah dan rusak. Untuk memperlambat oksidasi ditambahkan preservative dalam developer. Preservative yang paling sering digunakan adalah sodium sulfite. Pada developer dengan konsentrat tinggi biasanya digunakan potassium sulfite.
ACCELERATOR
Pada dasarnya developing agent sangat lemah, untuk melakukan proses developing bisa dibutuhkan waktu beberapa jam, untuk mempercepat proses developing ditambahkan bahan yang besifat alkali. Bahan ini disebut accelerator. Dengan accelerator proses developing hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Karena developing agent bereaksi lebih cepat dilingkungan alkali maka untuk menghentikan proses developing digunakan stop bath yang bersifat acid/asam. Accelerator dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Mild alkali dengan nilai pH antara 8 sampai 10. Bahan yang termasuk mild alkali antara lain Balanced Alkali, borax, sodium metaborate dan sodium sulfite.
2. Moderate alkali dengan nilai pH antara 10 sampai 11 (sodium carbonate, potassium carbonate, dan trisodium phosphate)
3. Caustic alkali dengan nilai pH diatas 12 (potassium hydroxide, sodium hydroxide) Accelerator juga berpengaruh terhadap kontras. Semakin alkali atau semakin banyak jumlah accelerator semakin tinggi kontras developer. Sodium carbonate dan potassium carbonate paling sering digunakan untuk melakukan modifikasi developer.
RESTRAINER
Restrainer digunakan untuk mencegah fog, baik fogging karena safelight, maupun chemical. Pada film developer ada pendapat yang mengatakan restrainer tidak diperlukan karena proses berlangsung pada keadaan gelap total. Penggunaan restrainer pada film developer menyebabkan developer menjadi terlalu alkali. Tapi umumnya film developer tetap menggunakan restrainer sebagai antisipasi jika terjadi error pada developer. Bahan yang paling sering digunakan sebagai restrainer adalah Potassium Bromide. Penggunaan potassium bromide dalam jumlah yang banyak membuat developer menjadi warm tone. Bahan lain yang agak jarang digunakan adalah Benzotriazole (BZT). Efek antifogging dari benzotriazole lebih kuat dibandingkan potassium bromide. Berbeda dengan potassium bromide, benzotriazole menimbulkan efek blue-black tone. Karena efek antifogging yang kuat, benzotriazole digunakan jika melakukan printing pada paper yang sudah expired dan terlihat mulai ada tanda-tanda fogging karena outdated.
MODIFIKASI DEVELOPER
Dengan mengetahui komponen dari developer kita bisa dengan leluasa melakukan modifikasi pada developer hingga sesuai dengan keinginan kita. Modifikasi yang paling umum adalah kombinasi Bromide dan Carbonate pada paper developer.
Modifikasi dilakukan dengan menyiapkan larutan carbonate dan larutan bromide 10%. Larutan carbonate dibuat dengan cara menyiapkan 60 gram sodium carbonate kemudian campur dengan 750 ml air setelah itu buat larutan tersebut menjadi 1 liter. Jika tergesa-gesa bisa langsung mencampur 60 gram sodium carbonate dengan 1 liter air, hasilnya sama saja. Larutan bromide 10% dibuat dengan cara melarutkan 100 gram potassium bromide dengan 750ml air kemudian tambahkan air hingga larutan menjadi 1 liter, atau bisa langsung mencampur 100 gram potassium bromide dengan 1 liter air. Carbonate menigkatkan speed developer sedangkan bromide menurunkan speed developer sehingga bisa dikatakan tidak terjadi perubahan speed dari developer.
Efek dari penambahan bromide terlihat pada bagian highlight yang lebih menonjol detilnya. Sedangkan carbonate bisa menambah hitam lebih pekat. Kombinasi yang dianjurkan untuk modifikasi ini adalah 1 bagian bromide ditambah 3 bagian carbonate. Penambahan sebaiknya dilakukan bertahap sedikit demi sedikit hingga diperoleh hasil yang maksimal. Penggunaan bromide dan carbonate yang terlalu banyak dapat menimbulkan fogging.
sumber : http://sites.google.com/site/sentraldigital56/home/Tutorial/black-white-developer

0 komentar:
Posting Komentar